Oleh : Ujang Shahdudin Taftazani
. Tujuan pembangunan Kota Sukabumi telah ditetapkan dan dituangkan dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah pembangunan Kota Sukabumi telah disusun dalam suatu kebijakan yang bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka kerja pembangunan daerah, dan harus dapat menginformasikan sejauhmana kebijakan tersebut dalam mendukung tujuan pembangunan itu sendiri. Adapun representasi ketercapaian tujuan pembangunan daerah tersebut dituangkan dalam indikator makro pembangunan daerah, yang akhirnya bermuara terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
. Tujuan pembangunan Kota Sukabumi telah ditetapkan dan dituangkan dalam pernyataan visi dan misi. Hal ini memberikan kejelasan bahwa arah pembangunan Kota Sukabumi telah disusun dalam suatu kebijakan yang bertahap, terstruktur dan berkesinambungan. Oleh karenanya, kebijakan yang telah ditetapkan dalam kerangka kerja pembangunan daerah, dan harus dapat menginformasikan sejauhmana kebijakan tersebut dalam mendukung tujuan pembangunan itu sendiri. Adapun representasi ketercapaian tujuan pembangunan daerah tersebut dituangkan dalam indikator makro pembangunan daerah, yang akhirnya bermuara terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
. Atas dasar telah ditetapkannya indikator tersebut, maka kinerja pembangunan daerah dapat diukur, melalui informasi gambaran ketercapaian dan permasalahan yang terjadi dari setiap indikator makro. Tetapi persoalan yang perlu dicermati bersama adalah, ketercapaian setiap indikator makro tersebut merupakan akumulasi dari peran serta seluruh stakeholder pembangunan yang utuh meliputi : Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat. Oleh karena itu dalam menyikapi kinerja kebijakan pemerintah dalam konstelasi pencapaian indikator makro, perlu diterjemahkan terlebih dahulu kerangka pikir kontribusi kebijakan dan pelaku terhadap capaian indikator makro tersebut. Sehingga gambaran pencapaian indikator makro merupakan hasil kinerja dari seluruh pelaku pembangunan.
. Kondisi Realisasi IPM Kota Sukabumi dari tahun 2003 hingga 2006 menunjukkan hasil di atas rata-rata Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat. Demikian juga kondisi realisasi indikator makro untuk AMH, RLS, AHH, dan LPE menunjukkan nilai di atas rata-rata Provinsi Jawa Barat. Hal ini berarti bahwa usaha peningkatan IPM yang dilakukan melalui peningkatan usaha di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi di Kota Sukabumi relatif lebih berhasil di banding Kabupaten/Kota lain di Provinsi Jawa Barat. Perkembangan indikator Makro selama kurun waktu Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006 merupakan cermin keberhasilan pembangunan Kota Sukabumi, untuk melihat sejauhmana dampak dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan terhadap peningkatan kualitas penduduk, yang akhirnya mengarah kepada peningkatan kesejahteraan penduduk ditujukkan oleh Perkembangan IPM Kota Sukabumi. Untuk lebih jelasnya perkembangan indikator makro dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini.
Sumber *) Bappeda Kota Sukabumi, Desember 2007
. Perkembangan IPM selama periode tahun 2003-2006 menunjukkan peningkatan positif. Pada tahun 2003 IPM mencapai 73,40 dan tahun 2006 meningkat menjadi 75,09. namun peningkatan ini belum sesuai dengan target IPM yang telah ditetapkan dalam Renstra Kota Sukabumi tahun 2003-2008 yaitu pada tahun 2006 IPM Kota Sukabumi ditetapkan sebesar 78,37 ini menunjukkan adanya “gap” antara target dan realisasi sebesar 2,53 sehingga tingkat capaian IPM baru mencapai 96,72%. Sedangkan bila melihat target IPM Kota Sukabumi yang tertuang dalam kesepakatan bersama antara Gubernur dengan Bupati/Walikota se-Jawa Barat sebesar 80 tahun 2010 telah ditetapkan IPM Kota Sukabumi untuk tahun 2004 sebesar 72,90 dengan realisasi IPM tahun 2004 sebesar 73,96 sudah terlampaui dengan tingkat capaian IPM tahun 2004 mencapai 101,45%.. Pertumbuhan Ekonomi yang disertai dengan pemerataan pendapatan diharapkan akan meningkatkan kondisi masyarakat golongan ekonomi lemah dan menengah kepada kondisi yang lebih baik sehingga mereka dapat menikmati hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu dalam melihat perkembangan permbangunan di Kota Sukabumi indikator lainnya seperti gini rasio, persentase pendapatan yang diterima kelompok pendapatan terbawah, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Sukabumi merupakan indikator yang tidak kalah pentingnya ditetapkan untuk melihat pencapaian keberhasilan pembangunan. Kecenderungan perkembangan LPE Kota Sukabumi tahun 2003 – 2006 dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Kecenderungan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Sukbumi Tahun 2003 - 2006
Kecenderungan Tingkat Pemerataan Pendapatan Kota Sukabumi
Tahun 2003 – 2006
Kecenderungan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2003 - 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
Kecenderungan Penduduk Miskin (KK) Kota Sukabumi Tahun 2003 – 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
Kecenderungan Pengangguran Kota Sukabumi 2003 - 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
. Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Sukabumi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2003 LPE sebesar 5,39%, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 6,23%. Namun jika melihat target LPE yang ditetapkan dalam Renstra Kota Sukabumi Tahun 2003-2008 pada tahun 2006 LPE sebesar 6,30 menunjukkan gap sebesar 0,07 sehingga tingkat capaian LPE Kota Sukabumi baru mencapai 98,88%.
. Kecenderungan tingkat kemerataan pendapatan di Kota Sukabumi dari tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006 dapat digambarkan dalam grafik berikut :
Kecenderungan Tingkat Pemerataan Pendapatan Kota Sukabumi
Tahun 2003 – 2006
. Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan penduduk miskin cukup mengkhawatirkan karena terjadi kenaikan tiap tahunnnya bila melihat target yang diharapkan dalam Renstra Kota Sukabumi Tahun 2003-2008. Kondisi ini memperlihatkan bahwa upaya yang telah dilakukan melalui pengguliran pragram-program penanggulangan kemiskinan baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Kota Sukabumi belum mampu secara drastis menurunkan angka kemiskinan di Kota Sukabumi. Peningkatan jumlah keluarga miskin dari tahun ke tahun nampaknya dipicu oleh adanya penambahan kriteria/indikator kemiskinan yang semula 4 (empat) kreteria menjadi 11 (sebelas) kriteria. Selain itu, adanya Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Kompensasi Subsidi BBM kepada masyarakat miskin, telah mengakibatkan banyak masyarakat ingin didata sebagai orang miskin. Untuk itu Pemerintah Kota Sukabumi senantiasa melakukan koordinasi dengan pihak terkait dalam melaksanakan pencocokan dan penelitian (coklit) terhadap data orang miskin. Berbagai upaya dan komitmen Pemerintah Kota Sukabumi dalam memerangi kemiskinan ternyata telah diakui dan masuk nominasi untuk mendapatkan penghargaan dari MDG’s Award. Upaya memerangi kemiskinan juga tidak terlepas dari faktor utamanya yaitu Pengangguran. Untuk itu, ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi.
. Oleh karenannya setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan penambahan lapangan usaha dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Tidak seimbangnnya antara laju pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja menjadi penyebab terjadinya masalah ketenagakerjaan yaitu pengangguran, akibatnya banyak angkatan kerja yang tidak terserap oleh lapangan pekerjaan. Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang siap terlibat dalam kegiatan oleh pasar kerja digolongkan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak atau belum terserap oleh pasar kerja tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan digolongkan sebagai pengangguran (terbuka).
. Berdasarkan hasil perhitungan BPS Kota Sukabumi, tingkat kemerataan pendapatan di Kota Sukabumi dari Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2006 berfluktuasi, namun secara rata-rata mengalami peningkatan kemerataan ditujukkan oleh menurunnya angka gini rasio pada tahun 2003 sebesar 0,159 dan Tahun 2006 menjadi 0,2. Hal ini dapat dikatakan pemerataan pendapatan di Kota Sukabumi relatif merata, karena berada di bawah 0,2.
. Apabila melihat target yang ditentukan pada tahun 2004 dalam Renstra Kota Sukabumi Tahun 2003 – 2008 kemerataan pendapatan di Kota Sukabumi telah melebihi target yang ditetapkan dengan tingkat capaian sebesar 118,50%. Adapun persentase pendapatan yang diterima kelompok terbawah dari tahu 2003 sebesar 24,41% dan Tahun 2004 menjadi sebesar 12,91%, hal ini menunjukkan persentase yang baik karena berada diantara 12% sampai dengan 1&% dari total pendapatan yang diartikan mempunyai tingkat ketimpangan sebaran pendapatan “sedang”.
. Jumlah Penduduk Kota Sukabumi selama periode tahun 2003-2006 mengalami peningkatan, pada tahun 2003 mencapai 162.787 jiwa dan tahun 2006 sebesar 263.480 jiwa. Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Sukabumi selama periode tahun 2003-2005 mengalami peningkatan, LPP pada tahun 2003 yaitu sebesar 2,44%. Peningkatan LPP Kota Sukabumi masih wajar dan dapat dikatakan dalam batas pertumbuhan yang baik dan rasional.
Penduduk miskin, kecenderungan berubah-ubahnya variabel/ parameter kemiskinan secara nasional yang dipakai oleh BPS menjadi parameter sebagai dasar penetapan penduduk miskin sehingga pada tahun 2003 tercatat jumlah penduduk miskin sebesar 8.428 KK atau sejumlah 20.456 jiwa, sedangkan pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin berjumlah 12.346 KK. Kondisi Penduduk Miskin (KK) di Kota Sukabumi dalam kurun waktu tahun 2003-2006 dapat digambarkan sebagai berikut :
Kecenderungan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2003 - 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
Kecenderungan Penduduk Miskin (KK) Kota Sukabumi Tahun 2003 – 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
Kecenderungan Pengangguran Kota Sukabumi 2003 - 2006
Sumber : Renstra Kota Sukbaumi 2003-2008 dan KUA 2007
Persentase tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2003 sebasar 22,89% dan tahun 2006 sebesar 27,63%. Apabila melihat persentase pengangguran di atas terlihat bahwa data pengangguran terus meningkat, hal ini menunjukkan bahwa kondisi perekonomian di Kota Sukabumi yang ditandai dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) belum membaik dan stabil, walaupun memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat namum kondisi tersebut belum mempunyai dampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Ada beberapa alasan mengapa pertumbuhan LPE yang positif belum mampu menyerap tenaga kerja, yaitu :
- Laju pertumbuhan sektor-sektor lapangan usaha masih relatif kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan angkatan kerja, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut :
- Perekonomian di Kota Sukabumi masih berada pada sektor tersier yang penyerapan tenaga kerjanya relatif tidak sebesar sektor primer dan sektor sekunder.
- Pengaruh dari aspek pendidikan, melihat jenjang pendidikan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, penduduk Kota Sukabumi yang telah tamat SD/ Sederajat mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,45%, SLTP/sederajat sebesar 2,43%, SMA sebesar 5,10%, SMK sebesar 3,09% Diploma I,II,III sebesar 3,28% dan Diploma IV/S1/S2/S3 sebesar 15,93%. Dilihat dari proporsinya rata-rata selama tahun 2000 sampai dengan 2004 untuk tingkat SD/ Sederajat sebesar 51,72%, SLTP/ Sederajat sebesar 19,48%, SLTA/ Sederajat sebesar 24,95% dan Perguruan Tinggi sebesar 3,85%. Apabila dilihat keterkaitan (link and mach) antara pendidikan dan ketenagakerjaan terlihat bahwa penduduk usia kerja di Kota Sukabumi yang berijazah SD/ Sederajat memiliki prosentase tertinggi, idealnya penduduk usia kerja Perguruan Tinggi memiliki prosentase tertinggi dan yang berijazah SD/ sederajat memiliki prosentase terendah, kondisi ini akan menyebabkan rendahnya daya saing tenaga kerja di pasar tenaga kerja dengan kualifikasi tertentu.
Berdasarkan grafik tersebut, pencapaian IPM Kota Sukabumi selama kurun waktu 2003–2006, realisasinya 3 (tiga) point di bawah target yang telah ditetapkan atau dengan perkataan lain telah terjadi “gap” antara target dan realisasi pencapaian IPM Kota Sukabumi.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan kebijakan untuk mengakselerasi pencapaian IPM, mengeluarkan suatu Program Pendanaan Kompetitif (PPK) yang difokuskan pada kompetisi kinerja kabupaten/kota di dalam menggalang sinergi dengan pemerintah provinsi, masyarakat, dan swasta untuk menjalankan misi akselerasi pencapaian IPM 80,0 di tahun 2010. kabupaten/ Kota di seluruh Jawa Barat berkompetisi dalam program tersebut dengan mengajukan proposal program-program inovatif dalam upaya akselerasi IPM sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pemerintah Kota Sukabumi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Provinsi Jawa Barat turut berpatisipasi dalam program tersebut sebagai salah satu perwujudan kesepakatan antara Gubernur Jawa Barat dengan Bupati/ Walikota se-Jawa Barat.
Dalam perjalanannya Kota Sukabumi mendapatkan dana sebesar Rp. 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah) selama periode Tahun 2006-2007 untuk mengakselerasi pencapaian IPM-nya melalui program-program strategis yang inovatif dan terintregrasi.
Berbagai upaya inovasi yang telah dilakukan pemerintah kota dalam pencapaian IPM bersama-sama pelaku pembangunan di Kota Sukabumi, selama ini dilakukan melalui program-program strategis yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pendapaian IPM diantaranya :
1. Aspek Kesehatan, Pengembangan upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan : pemerataan fasilitas kesehatan (equity), peningkatan mutu pelayanan kesehatan (equality) dan kesinambungan pelayanan (sustainability). Upaya-upaya kesehatan yang sudah berhasil dalam percepatan penurunan kematian bayi dan ibu diantaranya :
- Penyediaan fasilitas kesehatan yang merata dan bermutu (rasio fasilitas kesehatan per kelurahan melebihi 1:1)
- Akreditasi rumah sakit untuk 5 dan 12 pelayanan sampai dengan tahun 2006 oleh Departemen kesehatan
- Juara UKS Tingkat Nasional berturutu-turut sejak tahun 1998 sampai dengan 2005
- Juara Kecamatan Sayang Ibu untuk Kecamatan Gunungpuyuh tahun 2000
- Rumah Sakit Tipe B berprestasi Tingkat Jawa Barat Tahun 2004
- Pembiayaan penangnanan masalah keluarga rawan
- Perbaiakan sanitasi daerah-daerah kumuh melalui program Kampung Sehat belum menyeluruh
- Pengendalian penyakit menular endemis dan non endemis
- Pengembangan dan pemenuhan SDM ytang berkualiatas
- Akses penanganan pasien kelompok miskin
- Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan anak serta tumbuh kembang balita.
Aspek kesehatan merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dalam penghitungan indeks ini mempresentasikan derajat kesehatan masyarakat pada wilayah dan periode waktu tertentu yang diukur melallui Angka Harapan Hidup (AHH) dan Angka Kelahiran Bayi (AKB).
Angka Harapan Hidup Kota Sukabumi mengalami peningkatan setiap tahunnya, terlihat dari data Tahun 2003 telah mencapai 71.24 tahun dan tahun 2006 menurut data dari BPS nilai AHH adalah 71,8 tahun. Apabila melihat target tahun 2006 yang tertuang dalam Renstra Kota Sukabumi Tahun 2003-2008, AHH Kota Sukabumi telah tercapai dengan baik dengan tingkat capaian 101,54%. Kondisi Angka Harapan Hidup Kota Sukabumi dalam kurun waktu tahun 2003-2006 dapat digambarkan sebagai berikut.
Kecenderungan Angka Harapan HidupKota Sukabumi 2003 - 2006
Sumber : Buku IPM Kota Sukbumi tahun 2006
Keterangan : Angka sementara dari BPS per 20 Pebruari 2007
Kecenderungan Angka Kematian Bayi Kota Sukabumi 2003 - 2006
Sumber : Buku IPM Kota Sukbumi tahun 2006
Keterangan : Angka sementara dari BPS per 20 Pebruari 2007
Kecenderungan Angka Kematian Bayi Kota Sukabumi 2003 - 2006
Selain AHH, gambaran tingkat kesehatan masyarakat juga ditunjang oleh besarnya Angka kematian Bayi (AKB), yang menggambarkan jumlah Bayi yang lahir hidup per 1.000 kelahiran Bayi. AKB di kota Sukabumi selama periode tahun 2003-2006 mengalami penurunan, pada tahun 2003 mencapai 38,96 orang/ 1000 dan tahun 2006 sebesar 6,70 orang/1000.
Apabila melihat target tahun 2004 yang ditetapkan dalam Renstra Kota Sukabumi tahun 2003-2008 sebesar 38,96 orang/1000 berada di atas target dengan tingkat capaian 110,062% . AKB merupakan ciri dalam menghasilkan tingkat keturunan yang berkualitas, memiliki harapan dengan penurunan jumlah bayi myang mati diharapkan akan meningkat ketersediaan SDM yang dapat berkiprah dan mendukung permbangunan
2. Aspek Pendidikan,
Pengembangan upaya peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan mengubah paradigma pengelolaan sekolah yang awalnya berbasis pada dukungan pemerintah menjadi tanggung jawab bersama masyarakat melalui pendekatan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penyediaan fasilitas sarana dan prasaran pendidikan melalui program Regrouping Sekolah Dasar menjadi sekolah Unggulan di tiap kecamatan, yang berdampak pada optimalisasi ratio guru dengan murid dan optimalisasi proses belajar mengajar. Upaya-upaya bidang pendidikan yang sudah berhasil antara lain :
- Menuntaskan Wajar Dikdas 9 tahun dan rintisan Wajib belajar 12 tahun
- Rasio siswa per sekolah, siswa per kelas dan guru per kelas sudah memadai
- Tenaga Pendidika yang berpendidikan D2, D3, dan S1 sudah mencukupi
- Menyusun kurikulum lokal yang berwawasan komprehensif dan berbasis perubahan perilaku
- Rintisan link and match untuk sekolah kejuruan dengan Jepang dan Korea;
- Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan menetapkan Kota Sukabumi sebagai kota yang 5 (lima) kali berturutu-turut sejah tahun 1998 menjadi juara nasional.
- 1 (satu) Kecamatan belum memiliki sekolah unggulan
- Mempertahankan kualitas lulusan pendidikan menengah
- Menyediakan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar
Aspek Pendidikan sebagai salah satu komponen IPM yaitu dengan melihat rerata dari variabel angka melek huruf (AMH) yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15 tahun keatas bersekolah. Pada tahun 2001-2004 indeks pendidikan trendnya semakin meningkat, hal ini mencerminkan adanya keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan. Namun Ancaman lain yang diperkirakan akan muncul sebagai penghambat adalah biaya pendidikan yang semakin mahal
Angka melek huruf (AMH) penduduk Kota Sukabumi selama periode tahun 2003-2006 mengalami peningkatan yang cukup relevan, Kondisi Anga Melek Huruf (AMH) Kota Sukabumi dalam kurun waktu Tahun 2003-2006 dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Sumber : buku IPM Kota Sukabumi tahun 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar